Cerpen: Pentingnya Iman Pada Sang Khalik

kali dibaca

Karya: Munfaatien


EdukratifNews/Cerpen - Sore itu, aku benar benar bingung. Aku termenung sejenak dikamar mandi, sambil memikirkan bagaimana uangku bisa cukup sampai akhir bulan sedangkan di atm kurang dari 100 ribu, dan hari ini baru tanggal 19 januari 2022. sedangkan gajian masih lama yaitu tanggal 31 januari 2022 apalagi ada sumbangan orang nikah.


Aku benar benar kalut, sore itu kebetulan suasana lagi hujan. Saya sempat berkata dalam hati “Kalau berdo’a saat hujan itu pasti dikabulin sama Allah”.


Setelah mandi dan saya bergegas untuk ganti pakaian langsung solat ashar, setelah sholat Saya berdo’a agar dicukupkan uang yang ada untuk bulan ini dan dimudahkan segala urusanku.


Selesai berdo’a aku langsung mengecek semua kantong, dompet dan tas yang kumiliki, Saya harap ada selempit uang kertas yang tertinggal. Ternyata hasilnya zero sama sekali tidak ada selembar uang yang tersisa.


Dalam hati masih punya keyakinan bahwa Allah pasti akan menolongku! Allah maha kaya. Allah yang punya segalanya, Aku menghela nafas sejenak dan mencoba menenangkan pikiranku sendiri bahwa dengan jumlah uang segini masih cukup kok untuk kebutuhanku sampai akhir bulan, pasti Allah tolong. 



Aku yang seorang karyawan pabrik dan enggak ada penghasilan lain selain gajiku Aku hanya bisa pasrah waktu itu.


Ku buka celengan koinku dan ku hitung sisa koin yang ada dikaleng plastikku, “Alhamdulillah masih ada uang 23.000, cukup untuk makan 2 hari” pikirku.


Sepuluh ribu untuk makan tanggal 20, sepuluh ribu lagi untuk makan tanggal 21, dan sisa 3.000 cukup untuk membeli telor dadar di ibu kos. 


Kutemui ibu kos dan mengatakan “ Bu saya pesen telur dadar 1 yang pedes yaa”. Jawab ibu kos “iyaa, owalah mbak Serly to”. “iya buk hehe” jawabku pelan.


Sambil menunggu telur, seperti biasa saya scroll-scroll hanphone saya, memeriksa wa ada pesan masuk atau tidak dan lain-lain. Tidak lama kemudian ibu kos mengetuk pintu kamar Saya dan mengatakan “Ini telurnya sudah jadi mbak”.



Aku berdiri dari tempat tidurku dan menjawabnya untuk menunggu, karena Saya mau mengambil uang untuk pembayarannya. Sebelum Saya bangkit ibu kos memanggil Saya untuk kedua kalinya.


 “Sssssst..... Nggk usah mba, ini gratis untuk mbak.” Seketika Aku tertegun dan terheran-heran.


“Ini beneran buk ?” tanyaku dengan rasa tidak percaya,


“Tau aja kalau lagi bokek” bisikku dalam hati.


“Iya mba” jawabnya kembali.


Aku langsung mengatakan banyak terima kasih pada ibu kos karena sangat jarang beliau menggratiskan makanan sebab beliau terkenal orang yang pelit dan tidak terlalu perhatian pada anak kos nya. 


Rasa tidak percayaku masih berkeliaran dikepala, ada apa ini ? kenapa ya ? mungkin seribu pertanyaan retorik yang tak memerlukan jawaban.


Tiba-tiba overthinking ku berhenti dan tetesan air mata sudah membasahi pipiku. “Apakah ini jawaban atas do’aku tadi ? masak iya langsung dikabulin sama Allah?” tanya hatiku.


“Iya!!!” jawabku tegas atas diriku sendiri.


Isak tangis dalam kamar sendirian pecah, begitu nikmatnya ketika kita percaya akan kuasa-Nya. Sore ini Saya merasakan manisnya iman. Benar-benar nyata dengan hitungan menit pun Allah kabulkan. 


Memang, jika dilihat dari pemberiannya sederhana, hanya 1 telor dadar di atas piring kecil warna putih. Namun dampaknya luar biasa pada Saya disaat posisi lagi sulit keuangan seperti ini. Allah selalu tahu untuk siapa rezeki itu ditujukan dan kapan waktu yang tepat diturunkan. 


Alhamdulilah masih bisa makan hari ini, Alhamdulillah masih diberi nikmat bersyukur, setelah sholat maghrib saya langsung menyantap makanan Saya. Meskipun hanya nasi putih dan 1 telur dadar, rasanya sungguh nikmat dan lezat.


Saya makan dengan lahap sampai bunyi telepon dering pun tak ku hiraukan. “MAMA” nama kontak telpon yang selalu ku rindukan saat diperantauan.


Seketika Saya langsung telepon balik dan menanyakan “Ada apa kok habis telepon ma tadi?”.


“Iya nak, mama kangen sama kamu, kemana tadi kok telepon mama nggak diangkat ?” Tanyanya  penasaran.


“Ooh lagi keasyikan makan ma, hehe.” jawabku singkat.


Beliau adalah sosok yang perhatian dan penyayang, apalagi kalau soal makan beliau orang nomor satu yang selalu mengingatkan aku untuk makan.


Tidak panjang lebar telepon kami, dan Saya juga tidak mau mama saya tau tentang keadaan Saya diperantauan. Saya langsung menutup telepon dan bergegas menyelesaikan aktivitas Saya.


Waktu jam menunjukkan pukul 22.00. Mata sudah mulai perih dan letih. Ku baringkan tubuhku pada kasur busa yang tipis, Selimut yang tertata rapi ku tarik dengan pelan untuk menghangatkan tubuhku karena malam itu cuaca sangat dingin.


Tidak lupa lampu kamar yang semula berwarna putih terang kumatikan dengan sengaja agar tidurku pulas dan nyenyak malam ini.


Tim Redaksi: EdukratifNews


Pasang Iklan: Klik Disini
Previous Post Next Post