Jati Denok Simbol Konservasi Air Masyarakat Blora

kali dibaca


Negara Purwocerito hancur. Angin ribut telah dikirim Begede Kentong dan meratakan tanah Putri Gemeng, gadis yang dicintainya.  Hal senada juga dialami dengan Jonggrang Prayungan. Lantaran penasaran akan kecantikan Putri Gumeng, ia memanjat pohon jati untuk melihat parasnya. Pohon jati ini tak mampu menahan kesaktian Jonggrang Prayungan.


 Karena kesaktiannya dan beban dari Jonggrangan Prayungan sehingga menyebabkan jati tertekan ke bawah. Bagian batang bawah membesar membentuk tonjolan atau gambol. Lantas kemudian jati ini dinamakan jati denok -dimana denok berarti cantik.


Di wilayah Temanjang potensi hutan masih terjaga, di sinilah jati denok berada. Jati denok merupakan salah satu situs warisan budaya di wilayah Blora yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Blora sebagai situs budaya lokal Blora. Letaknya di Desa Jatisari Kecematan Banjarejo yang berada di petak 62 RPH Temetes BKPH Temanjang KPH Randublatung, Blora. Jati denok tepat berada di tengah-tengah hutan.


Jati denok memiliki diameter batang hampir 9 m dengan tinggi 36 m. Dan sekarang berumur lebih dari 400 abad. Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon jati memiliki Permukaan berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku – bukunya


Seiring berjalannnya waktu jati denok dijadikan monumen hidup yang berdiri kokoh melengkapi kekayaan flora dan fauna di kawasaan hutan Temanjang. Konon kabarnya nilai jual jati denok ada pada kisaran 1 M. Daripada menjualnya masyarakat maupun pemerintahan Kota Blora lebih memilih meruwat warisan leluhur itu. Dibuktikan dengan dijadikan Jati denok menjadi situs budaya daerah yang bernilai wisata. Masyarakat memanfaatkan situs ini sebagai sarana melakukan ritual atau kepentingan budaya leluhur yang selalu dipertahankan. Adapun tradisi untuk menghormati keberadaan jati denok rutin dilakukan seperti tiron, kajatan dan sedekah bumi.


Jarak jati denok dari permukiman warga kurang lebih 4 km. Lokasi tersebut dapat ditempuh dari KPH Randublatung ke arah Blora (+26 km), menyusuri kawasan hutan jati yang berada di jajaran Pegunungan Kendang bagian selatan. Di Kawasan hutan ini, selain terdapat jati denok sebagai ikon pariwisata, beberapa kegiatan ekonomi pun berlangsung. Diantaranya di bawah naungan pengelola hutan jati di Perum Perhutani KPH Randublatung terdapat legalitas produksi, distribusi dan konsumsi pohon jati. Selain itu warga memanfaatkan lahan hutan jati untuk bercocok tanam seperti jagung, kacang dan semacamnya.


Ada hal menarik di desa Temanjang, Jatisari Kecematan Banjarejo disana air tidak pernah kekeringan. Warga sekitar jati denok memiliki sumber air yang besar. Banyaknya hutan jati inilah yang memberikan manfaat warga. Hutan jati denok memiliki peran besar menjadi pemasok air diwilayah tersebut. Akar jati denok yang mampu menyerap air dengan optimal dan menyimpan sumber air dalam jangka waktu yang lama sehingga akan bermanfaat di musim kemarau.


Pepohonan pohon jati dapat menyerap dan mengurangi pencemar (polutan) dan cahaya berlebih. Hutan jati dapat melakukan fotosintesis yang menyerap CO2 dari udara dan melepaskan Kembali O2 semua ini membantu menggemburkan tanah, pohon jati dan tumbuhan bawah dalam hutan menghasilkan serasah, yang menjadi bahan dasar humus tanah.


Berbagai mikroorganisme hidup berkembang dalam serasah yang akan membantu meredam entakan air hujan dan melindungi tanah dari erosi tanah. Berdasarkan hal ini pentingnya menjaga dan melestarikan hutan jati denok dimana memiliki daya resapan air yang baik yang cocok diterapkan di musim kemarau. Keberadaan jati denok berpengaruh adanya kualitas sumber air disekitar pemukiman warga.


Warga sekitar Jati Denok seperti Temanjang, Jatisari, Jatilampok dan Temestes kemungkinan kecil mengalami kekeringan. Selain untuk mengurangi kekeringan jati denok juga dapat bermanfaat mengurangi dampak erosi tanah. Reboisasi dari hutan jati banyak memberikan manfaat warga sekitar jati denok. Warga merasakan bahwa jati denok memberikan sumber air yang melimpah, maka dari itu cocok jati denok sebagai potensi konservasi air.


Konservasi air memiliki peran penting bagi warga Temanjang, Jatisari. Air menjadi salah satu sumber kehidupan manusia. Ketersedian sumber air yang cukup termasuk anugerah yang diberikan Tuhan. Nikmat tersebut harus di jaga dengan cara melakukan konservasi air dalam hutan jati denok. Menjaga kelestarian meurpakan salah satu bentuk kita mensyukuri nikmat Tuhan.


Penulis: Tatik Alfiyani, Mahasiswi UIN Semarang

Previous Post Next Post