Pentingnya Rekonstruksi Moral, Studi Kasus: Pemuda Blora

kali dibaca


Perilaku immoral pemuda, sampai sekarang ini masih kerap kita temui di lingkungan sekitar, mulai dari perkara kecil sampai dengan yang di meja hijaukan. Perilaku immoral pemuda dapat disebut sebagai kenakalan remaja. Perilaku tersebut diantaranya berupa tawuran atau perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan narkotika, obat-obat terlarang dan minuman keras, hubungan seks pranikah, serta tindakan kriminal.


Di Blora, tepatnya dua bulan terakhir terdapat 237 ABG (anak baru gede) mengajukan dispensasi nikah di Kabupaten Blora. Penyebab utamanya kebanyakan hamil duluan dari pergaulan bebas. Pacaran tidak ada aturan, akhirnya dinikahkan meski belum di umur 19 tahun.


Selain itu, dikutip melalui Bloranews.com, tahun 2016 terdapat 496 kasus kekerasan seksual di Jawa Tengah. Kota Semarang menduduki peringkat pertama dengan 199 kasus, peringkat kedua kabupaten Kendal dengan 26 kasus. Sedangkan kabupaten Blora dan kabupaten Sragen masing-masing peringkat ketiga dan keempat dengan 17 kasus kekerasan seksual.


Disamping kejadian seks pra nikah, terdapat pula tindakan kriminal pemuda Blora. Seperti pencurian 18 Juli 2020 oleh pemuda AS (18) dan NES (22) yang ditangkap lantaran nekat mencuri 17 unit smartphone merk Samsung Galaxy inventaris SDN 5 Mendenrejo, Kradenan dan uang tunai Rp 1.800.000.


Hal diatas menjadi bukti riil bahwa kenakalan remaja di Blora tercatat memunjung. Selain kasus-kasus tersebut, masih ada pula kasus narkoba yang menimpa FJ (17) warga Grobogan yang dihakimi pihak berwajib di Blora pada Oktober lalu (radarkudus.jawapos). Hal ini mengisyaratkan bagi pemerintah, lembaga, dan seluruh masyarakat untuk bersama menekan banyaknya kasus kenakalan remaja.


Penyebab kenakalan remaja tersebut sangat variatif. Secara garis besar, dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal dikarenakan kegagalan dalam membentengi diri dari pengaruh negatif, dan krisis identitas pemuda. Sedangkan faktor eksternal dikarenakan ekonomi, pergaulan bebas, kurangnya kasih sayang dari orang tua, penyalahgunaan teknologi informasi, faktor budaya & lingkungan, serta kurangnya memperdalam ilmu agama.


Menurut Duta Genre Kabupaten Blora 2020, Alfin Bima Pratama mengatakan bahwa penyebab utama kenakalan remaja berasal dari kurangnya perhatian  keluarga dan kurang tepatnya edukasi yang di berikan orang tua sehingga mengakibatkan anak menjadi salah arah.


Persoalan immoral pemuda menjadi problem krusial di era sekarang dan mendatang. Pemuda merupakan aset masa depan suatu bangsa yang berkiprah untuk membangun Indonesia, dan Blora khususnya. Para motoris kehidupan yang sudah menua akan digantikan oleh pemuda nantinya. Oleh sebab itu, rekonstruksi moral pemuda penting dilakukan supaya Blora ini menjadi Mustika (maju, unggul, sehat, tertib, indah, kontinyu, dan aman).


Mengutip dari jurnal penelitian dan PPM Universitas Padjadjaran karya Dadan Sumara, dkk, solusi dalam menanggulangi kenakalan remaja dapat dibagi ke dalam tindakan preventif, tindakan represif, dan tindakan kuratif dan rehabilitasi.


Adapun solusi internal bagi seorang remaja dalam mengendalikan kenakalan remaja antara lain: 1) meneladani sosok yang dapat dijadikan contoh, 2) adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama, 3) remaja menyalurkan energinya dalam berbagai kegiatan positif, 4) remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul, 5) remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh dengan keadaan sekitar yang buruk.


Upaya preventif kenakalan remaja yang dilakukan pemerintah dan GenRe di Blora dengan cara sosialisai ke sekolah maupun desa tentang bahaya pernikahan dini (pernikahan di usia anak), narkotika, kespro, dll. Dengan upaya sosialisasi itu bisa mengedukasi remaja yang ada di seluruh Kabupaten Blora untuk menghindari kenakalan remaja.


Untuk upaya represif di Blora sudah diterapkan. Seperti penindakan hukum pelanggar norma. Upaya tersebut bertujuan agar pelaku jera akan perbuatannya tersebut dan dapat menjadi orang yang bermoral.


Sedangkan upaya kuratif dan rehabilitasi nya, pemerintah Blora telah menyediakan ruang edukasi menurut masing-masing kasus, Balai Latihan Kerja (BLK),  maupun sekolah kejar paket.


GenRe juga memiliki wadah yaitu PIK R (Pusat informasi dan konseling remaja) dan BKR (Bina Keluarga Remaja) guna upaya mengoptimalkan program dari GenRe itu sendiri untuk menghindari nikah dini, sex pranikah dan penyalahgunaan napza.


Upaya pemerintah dan stakeholder terkait harus lebih digencarkan. Selain itu, lingkungan sekitar hendaknya dapat berperan aktif untuk mendidik pemuda-pemudi Blora.  Karena lingkungan sekolah dan sosial memiliki peran yang sangat besar setelah keluarga. Mulailah kiranya terapkan prinsip “jogo tonggo”, dengan saling mengingatkan, memberi nasehat, dan segala hal untuk kebaikan bersama.


Nilai religius dan moral sejak dini pada anak hendak ditanamkan. Penguatan agama sangat penting karena dapat mendorong anak melakukan kebaikan serta membentengi anak dari pengaruh buruk lingkungan sekitar. Tidak ada persoalan buruk yang diajarkan setiap agama, pasti semuanya mengajarkan kebaikan. Jika sejak dini pemahaman agamanya bagus, orang tua perhatian, maka akhlaq anak akan terbentuk. Dengan demikian, karakter anak terbentuk dan dapat menekan angka kenakalan remaja.


Oleh: Endang Paniati

Previous Post Next Post