Surat Rindu Untuk Ayah

kali dibaca


"Apa kabar Ayah?"


Kutanyakan kabar seakan Ayah ada di rumah saat ini, melihatku datang dari tempat yang sangat menakutkan, setidaknya itulah yang aku rasakan, Ayah.


Perasaan dari seorang pria kecil yang belum pernah melihat dunia seutuhnya, dunia yang saat itu masih sebatas imajinasi, dan Ayah membiarkanku dalam diam, diam dalam arti yang sebenarnya, seakan Ayah mengatakan bahwa aku mampu melakukannya, mampu melihat dunia melebihi kemampuan Ayah, saat itu.


"Tapi kenapa?"


Ayah malah diam seutuhnya. Diamnya Ayah membuatku takut, bagaimana pria kecil ini menghadapi dunia jika Ayah hanya diam? Bangunlah Ayah! bimbing aku menjadi tidak takut lagi.


"Ayah…!!! kenapa ayah diam?. Tuhan, kenapa Engkau begitu cepat mendiamkan Ayah?"


Waktu begitu lambat berlalu, dan ingatan ini masih terlalu kuat untuk kuhapus, entah karena apa, tapi Ayah masih saja seakan melihatku dalam diam, seakan ia berkata dalam diamnya, bahwa aku mampu melihat dunia seutuhnya, tanpa Ayah.


Apakah aku mudah melaluinya? tidak, tapi aku harus melakukannya, pergi ke luar melihat dunia seutuhnya, yang belum pernah aku lihat sebelumnya.


Ibu, tenanglah di rumah, aku harus berani ke luar, tanpa Ayah. Cukuplah do’amu saja Ibu, sebagai keyakinan bahwa aku bisa dan bahkan bisa melampaui Ayah.


Kini, pria kecil itu sudah tumbuh, menjadi aku yang sekarang, yang tidak takut lagi dengan dunia yang hampir seutuhnya telah aku lalui, tanpa Ayah.


Ketahuilah Ayah, aku yang sekarang mampu berdiri dan bahkan bisa berlari. Meski berulang kali jatuh, aku tetap berlari, mendekat ke tempat yang membuatku takut, dengan keyakinan dari diamnya Ayah dan do’anya Ibu, aku percaya jika aku ke tempat yang kutakuti tersebut, jawaban kehidupan akan aku dapatkan.


Alhamdulillah, semua itu benar adanya.


Meskipun baru beberapa tempat menakutkan bagiku yang telah aku singgahi, tapi aku tetap bangga. Bangga dengan diriku yang sekarang, yang mampu bertahan dan bahkan melampauinya.


Terimakasih Ayah, atas diam yang Ayah berikan. Terimakasih Ibu, atas do’a yang Ibu panjatkan. Tetaplah sehat Ibu, dan teruslah memanjatkan do’a untuk pria kecil yang masih bertumbuh ini.


Dan buat Ayah, meski Ayah tetap diam, tetaplah diam dalam ketenangan. Karena pria kecil ini yakin, diamnya Ayah adalah perkataan yang hanya bisa didengar dari seorang Ayah untuk pria kecilnya.


Maka Ayah, dengarkanlah sapa dari pria kecil ini: “Apa kabar Ayah?, aku berharap Ayah tenang dan tentram dalam diam. Dan lihatlah Ayah, aku sudah tumbuh dan akan terus lebih tumbuh lagi menjadi pria yang tidak takut lagi.”


"Aku bahagia telah pernah sempat melihatmu di dunia ini, Ayah."


Karya: Mas Gakusei

Previous Post Next Post