Makanan Tinggi Serat, Cegah Obesitas dan Sindrom Metabolik?

kali dibaca


Oleh:
Naili Himatul Ulya, Devi Fardila, Risti Sopiyanti, Mega Noviyanti
Kelompok 2, Mahasiswa UIN Semarang 


Edukratifnews.com/Artikel - Di masa sekarang ini tidak bisa dipungkiri bahwa semua berkembang baik di bidang teknologi dan pengetahuan, ini berdampak terhadap masyarakat baik pola pikir maupun aktivitas. Masyarakat sekarang lebih memilih memanfaatkan kemajuan teknologi yang memberikan segala sesuatu yang cepat dan instan tanpa harus menunggu lama termasuk dalam hal makanan. masyarakat sekarang lebih memiliki makanan cepat saji daripada makan makanan seimbang yang kaya akan serat. Padahal seperti yang kita ketahui makanan yang seimbang dan gaya hidup sehat memainkan perananan yang penting dalam setiap tahap kehidupan manusia,dan mungkin terbukti bermanfaat untuk pencegahan dan bahkan pengobatan beberapa penyakit.


Serat merupakan salah satu elemen dalam diet seimbang dan mengacu pada bagian yang dapat dimakan dari campuran heterogen polysakarida dan lignin makanan nabati, yang tahan terhadap penyerapan dan pencernaan di usus kecil. Sumber makanan yang mengandung serat antara lain sereal gandum, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran.Studi epidemiologis menunjukkan bahwasanya serat berperan dalam beberapa penyakit seperti kardiovascular, kanker, obesitas,dan diabetes tipe 2.asupan makanan yang tinggi serat dapat menurunkan tekanan darah, peningkatan laju eksresi empedu, sehingga mengurangi kolestrol total dan LDL, peningkatan sensitivitas insulin. Hal ini juga dapat merangsang fungsi penceraan yang optimal dan mencegah gangguan tertentu. Serat berperan dalam mengontrol berat badan dan mengurangi kejadian obesitas yaitu serat dapat menahan air dan membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan. Waktu lambung dalam mencerna akan lebih lama jika mengonsumsi makanan yang tinggi serat. Serat akan memberikan efek kenyang yang lebih lama serta dapat mencegah mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak.


Menurut asupan referensi diet (DRI) yang dikembangkan oleh institute of medicine of the national Academics, dalam Alfawozo (2020), merekomendasikan asupan serat yang cukup untuk pria dan wanita dewasa usia 20-50 tahun adalah 30-38/hari, dan 21-25 gram/hari, masing-masing untuk anak-anak 19-31 g/hari, sedangkan pada ibu hamil dan menyusui 28-29 g/hari, untuk orang tua (>50 tahun) dan bagi mereka yang menderita komplikasi usus, panduan diet individual oleh ahli diet diperlukan namun serat masing-masing 30 g/hari dan 21 g/hari, untuk pria dan wanita sehat yang lebih tua umumnya direkomendasikan. Untuk mengatasi kekurangan serat di dalam suatu populasi yang memiliki gaya hidup yang kebarat-baratan sangat diperlukan pendekatan-pendekatan yang multisegi dari berbagai sudut. 


Studi internasional menunjukkan bahwa asupan serat makanan merupakan prediktor faktor risiko sindrom metabolic. Meskipun terlihat bahwa nilai rata-rata faktor risiko sindrom metabolic yang disajikan dalam penelitian ini berada dalam kisaran normal, seperti dalam penelitian di Afrika Selatan, mayoritas wanita yang berpartisipasi dalam penelitian memiliki lingkar pinggang yang lebih besar, kolesterol total yang lebih tinggi, dan kadar kolesterol yang lebih rendah. HDL kolesterol dari tunjangan yang direkomendasikan bila dibandingkan dengan pria. Kebanyakan pria, memiliki tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan rekan-rekan wanita mereka. Penting untuk dicatat bahwa proporsi yang cukup besar dari responden dalam penelitian ini disajikan dengan nilai abnormal untuk faktor risiko syndrome metabolik. Para peserta ini juga mengonsumsi serat makanan yang lebih rendah dari tingkat yang direkomendasikan. Dengan demikian, mereka tidak membiarkan diri mereka mendapatkan manfaat dari efek konsumsi serat tinggi yang diketahui dalam mencegah perkembangan faktor risiko sindrom metabolik.


Pedoman diet dari American Heart Association dan Dewan Pangan dan Gizi (FNB) menekankan pola diet yang tinggi buah dan sayuran (5-9 porsi per hari) dan peningkatan asupan serat menjadi sekitar 25 g untuk wanita dewasa dan 38 g untuk pria dewasa (dimana 2,5 g hingga 10,3 gr harus serat larut. Sebagai intervensi yang efektif untuk mengurangi perkembangan faktor resiko metabolic. Serat makanan, termasuk serat larut juga mengurangi respon glikemik yang mengarah pada stimulasi insulin yang lebih rendah dari sintesi kolestrol hati. Perlu diketahui sebagian besar makanan sumber serat terutama buah dan sayur merupakan sumber flavonoid yang baik,yang berguna sebagai antioksidan. Selain itu Flavonoid terbukti memiliki sifat antidiabetes dan mengurangi resiko penyakit kardiovaskular melalui penghambatan oksidasi LDL kolestrol (LDL –C) dan mengurangi agregasi trombosit dan kerusakan iskemik.


Daftar Pustaka

Hanan Alfawazo, dkk, 2020, Awareness and knowledge Regarding the Comsumtion of Dietory Fiber and Its Relation to self-Reported Health Status in An Adult Arab Population : A Cross-Sectional Study, International Journal Of Envirotmental Research and Public Health, 17 (4226).

Sekgala, MD, Mchiza, ZJ, Parker, WA, & Monyeki, KD (2018), Dietery Fiber intake and metabolic syndrome Risk Factors among Young South African Adults, Nutrients, 10 (4), 504.

Thomas M.Barber, dkk, 2020, The Health Bene ts of Dietary Fibre, Nutrients journal, 12 (3209).



Previous Post Next Post