Dedikasi Guru SMPN 7 Jayapura: Menerobos Hutan, Menyusuri Danau, Berjalan dari Desa ke Desa

kali dibaca


Inspirasi - Menerobos hutan, menyusuri danau, berjalan dari desa ke desa. Itulah perjuangan yang dilakukan oleh para guru di SMPN 7 Jayapura demi tetap memberikan edukasi kepada para anak didiknya yang belum bisa mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas


Pemerintah pusat telah mengimbau kepada berbagai satuan pendidikan yang berada di zona Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di level 1 hingga 3 untuk segera melaksanakan PTM secara terbatas. Akan tetapi, pelaksanaan PTM terbatas tetap dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.


Kota Jayapura terhitung sejak tanggal 8 November 2021 telah berada di PPKM level 2 sehingga PTM terbatas dapat mulai dilaksanakan. Berdasarkan Instruksi Walikota Jayapura No. 13 Tahun 2021, satuan pendidikan di Kota Jayapura diperbolehkan melaksanakan PTM terbatas dengan beberapa ketentuan seperti mewajibkan guru dan peserta didik melakukan vaksinasi untuk menghindari penyebaran kasus Covid-19.


Salah satu satuan pendidikan yang telah memulai PTM terbatas adalah SMPN 7 Jayapura. Sekolah ini terletak di dekat pesisir Danau Sentani, tepatnya di Jalan Yoka Pantai, Kampung Yoka, Distrik Heram, Kota Jayapura. 


Sebelum memulai PTM terbatas, pihak sekolah telah berkoordinasi dengan para stakeholder seperti pihak puskesmas, Dinas Pendidikan Kota Jayapura, dan juga orang tua murid terkait perizinan. Tidak hanya itu, sekolah juga membentuk Satgas (satuan tugas) Covid Sekolah yang bertugas untuk mengontrol dan mengawasi terlaksananya protokol kesehatan dengan baik di lingkungan sekolah.


Kepala Sekolah SMPN 7 Jayapura Sudarmo mengatakan sekolahnya sudah mempersiapkan segala hal untuk menyambut PTM terbatas. Berbagai persiapan seperti thermogun, disinfektan, sarana cuci tangan, persediaan masker cadangan, dan sebagainya sudah disiapkan agar pelaksanaan PTM terbatas bisa berjalan aman dan nyaman. Tidak hanya itu, 17 dari 18 guru dan tenaga kependidikan juga sudah menjalani vaksinasi kedua.


“Sudah lengkap kami siapkan mulai dari thermogun, tempat cuci tangan dengan sabun, disinfektan, dan juga masker cadangan. Guru-guru dan staf TU (Tata Usaha) kami juga sudah divaksin dua kali. Hanya ada satu orang yang belum divaksin karena masalah kesehatan,” ujar Sudarmo


Untuk skema pembelajaran saat PTM terbatas, Sudarmo mengatakan bahwa jumlah siswa yang diperbolehkan mengikuti PTM terbatas maksimal 50% dalam satu kelas. Durasi belajar peserta didik juga tidak diselingi dengan istirahat agar anak-anak tidak berinteraksi langsung. Namun, ketika jeda pergantian mata pelajaran dilakukan disinfeksi kembali ruang kelas agar tetap dalam kondisi yang steril.


“Ketika jeda pergantian mata pelajaran dilakukan penyemprotan disinfektan. Setelah itu baru anak-anak masuk kembali ke dalam ruang kelas untuk mengikuti mata pelajaran selanjutnya,” kata Sudarmo.


Dedikasi guru untuk tetap mengedukasi anak didiknya


Meski sudah mendapat izin melaksanakan PTM terbatas, SMPN 7 Jayapura belum bisa menjalankannya dengan maksimal karena terkendala jumlah peserta didik yang belum melakukan vaksinasi. Sudarmo menuturkan bahwa masih banyak anak didiknya yang belum bisa mengikuti PTM.


“Kami mengikuti arahan dari Walikota. Total anak yang diperbolehkan untuk mengikuti PTM terbatas baru sedikit, sedangkan anak-anak lainnya tidak bisa mengikuti PTM karena belum divaksin,” tutur Sudarmo.


Untuk peserta didik yang belum bisa mengikuti PTM terbatas, sekolah berusaha memberikan solusi. Sudarmo menjelaskan bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) dilakukan agar peserta didik mendapatkan materi yang sama dengan teman-teman mereka yang mengikuti PTM terbatas. 


Namun, PJJ seringkali terhambat oleh koneksi jaringan yang belum begitu baik di daerahnya. Oleh karena itu, penggunaan aplikasi konferensi daring untuk PJJ seperti di kota-kota besar tidak efektif untuk dilakukan. Banyak orang tua murid yang meminta PJJ dilakukan melalui aplikasi media sosial seperti WhatsApp ataupun Facebook karena aplikasi konferensi daring memakan cukup banyak kuota. 


Sudarmo juga bercerita bahwa selain koneksi, yang menjadi tantangan lainnya adalah ketiadaan gawai. Tak sedikit dari siswa-siswinya yang tidak memiliki perangkat untuk melakukan PJJ daring. Namun, pihak sekolah SMPN 7 Jayapura sudah menyiapkan materi cetak bagi peserta didik yang belum bisa mengikuti PTM terbatas. Materi ini dapat diambil oleh para peserta didik ke sekolah sebagai bahan pembelajaran.


Tak hanya sampai di situ, kendala lain yang muncul adalah terkait akomodasi yang cukup sulit. Karena lokasi sekolah yang terletak di pinggir kota, beberapa peserta didik bermukim di daerah Kabupaten Jayapura, seperti di pesisir Danau Sentani. Tempat tinggal mereka  berada lumayan jauh dari sekolah. Kondisi ini membuat peserta didik kesulitan untuk mengambil materi cetak ke sekolah.


Dedikasi dan semangat yang tinggi dari para “pahlawan” di SMPN 7 Jayapura membuat mereka tidak mudah menyerah. Para guru berjalan menapaki desa demi desa, tempat anak didiknya tinggal. Jalur yang dilalui pun tidak main-main. Mereka harus menyeberangi sungai, menerobos hutan, dan juga menyusuri tepian Danau Sentani demi untuk mengantarkan sekaligus mengajarkan materi yang telah disusun sebelumnya.


“Kami sempat juga jatuh di danau itu karena kayu yang saya injak patah sehingga saya masuk ke dalam danau. Itulah upaya yang kami lakukan, jadi benar-benar perjuangan. Ya memang kondisinya seperti itu di sana. Kita harus tetap melayani sesuai dengan kemampuan kami,” cerita Sudarmo.


Sudarmo beserta guru-guru di sekolahnya telah membuktikan pengabdiannya bagi putra-putri di daerah. Segala tantangan dan rintangan mereka lalui agar tetap bisa memberikan edukasi kepada anak didiknya. Dedikasi mereka di tanah Papua dapat menjadi contoh baik untuk para pahlawan-pahlawan lainnya agar bisa mengabdi demi generasi penerus bangsa.


Sumber: Kemdikbud


Pasang Iklan: Klik Disini

Previous Post Next Post