Mahasiswa Undip Ciptakan Pemutih Gigi Alami Berteknologi Nanopartikel Ramah Lingkungan

kali dibaca


Hai Sobat Edu, kali ini inspirasi datang dari mahasiswa Undip Semarang. Melalui produk pemutih gigi alami yang diberi nama Nothing, sekelompok mahasiswa Undip sukses menjalankan bisnis mereka. Edukratif berkesempatan mewawancarai Kencana, mahasiswa Undip yang merupakan bagian dari tim Nothing. Penasaran dengan Tim Nothing? yuk kita ikuti wawancara selengkapnya.


Hai kak, bisa diperkenalkan Tim dari produk pemutih gigi Nothing ini?
Hai juga. Oh iya, boleh. Perkenalkan, kami dari Tim Nothing merupakan Mahasiswa Universitas Diponegoro yang terdiri dari Rizka Zakiyatul M. (S1-Fisika), Endah Sulistyoningrum R. (S1-Biologi), dan saya sendiri Kencana Ayudya P. (S1- Biologi), kemudian Lilik Tri Wahyuni (S1-Akuntansi) dan terakhir ada Zainal Arifin (S1-Matematika). Tim Nothing ini berada dibawah bimbingan Dr. Agus Subagio. S.Si, M.Si (Dosen Fisika UNDIP)


Bagaimana sih awalnya bisa tercipta produk ini?
Ide ini pertama kali muncul ketika melihat kondisi masyarakat Indonesia, dimana banyaknya para pecinta kopi yang meliputi semua golongan, mulai dari yang muda hingga yang tua. Sayangnya, keseringan mengkonsumsi kopi menimbulkan efek yang buruk yaitu membuat gigi menjadi kuning.


Hal ini disebabkan pigmen warna kopi yang sangat pekat sehingga merembes pada sel-sel gigi. Apabila dibiarkan, tentu kondisi ini akan menganggu penampilan. Itulah sebabnya setiap orang harus melakukan sikat gigi minimal 2x sehari.


Sayangnya produk pasta gigi yang dijual dipasaran banyak mengandung senyawa kimia SLS (Sodium lauryl sulfat) yang bersifat karsinogeonik. SLS ini akan membuka celah antara mukosa dikulit dan sel dalam mulut, yang memungkinkan racun atau karsinogen untuk masuk. Selain itu, penggunaan pasta gigi yang mengandung butiran biru atau microbeads dalam satu kali pakai menyebabkan 100.000 partikelnya mengalir ke laut.


Ukurannya yang sangat kecil membuat zat tersebut dapat menembus dan melewati berbagai penyaringan air, sehingga dapat bermuara ke sungai atau danau. Bahkan para peneliti sudah mulai melihat dampaknya sampai laut Arktik.


Akibat dari hal tersebut, microbeads –yang merupakan limbah partikel plastik– dapat tertelan hewan laut dan menimbulkan pencemaran. Bila terjadi terus-menerus, dapat menimbulkan pencemaran dengan skala besar.


Berangkat dari permasalahan tersebut, kami menciptakan sebuah inovasi baru yaitu NOTHING sebagai produk pemutih gigi alami antibakteri terbuat dari bahan pilihan yang aman dan ramah lingkungan. NOTHING terbuat dari Charcoal, yaitu partikel yang mampu menyerap kotoran sekaligus memutihkan gigi.


Selain itu, teknologi Nanopartikel dipilih karena teknologi tersebut sangat efisien bagi charcoal untuk meningkatkan daya serap kotoran, sehingga menghasilkan gigi yang lebih putih dan bersih dalam jangka waktu yang lebih singkat.


Produk Nothing


Wah menarik sekali ya. Lalu mulai kapan usaha ini dijalankan?
Kami memulai usaha sejak 3 bulan yang lalu, dan memulai modalnya dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai Kemenrisetekdikti.


Kemana saja produk ini akan dipasarkan?
Dalam memulainya kami menjual produk ini masih di wilayah Semarang. Bulan kedua mulai ke beberapa kota lain seperti Rembang, Pati, dan Pekalongan. Dan saat ini sedang berusaha untuk lebih memperluas target pasar


Lalu strategi apa yang dilakukan untuk memasarkan produk Nothing ini?
Kami menjual dengan cara online maupun offline. Online melalui media sosial. Offline dijual langsung melalui CFD (Car Free Day) atau event-event lainnya.


Nothing Squad di Car Free Day Semarang


Bagaimana hasil penjualannya?
Penjualan lancar, bulan pertama berhasil menjual produk sekitar 60-an, bulan kedua dan ketiga hasil penjualan sudah menyentuh angka ratusan.


Semoga tambah laris dan sukses ya. Pertanyaan terakhir nih, apa harapan dari Tim Nothing ini untuk kedepannya?
Saat ini, kami sedang berusaha untuk mengajukan paten ke Kemenkumham dengan harapan agar suatu saat nanti kami bisa bekerja sama dengan perusahaan lain yang cakupannya sudah besar.


Tim Redaksi: Edukratif News

Previous Post Next Post