Warga Nahdlatul Ulama (NU) mempunyai kegiatan pertemuan tiap bulan. Pertemuan itu dinamakanLailatul Ijtima’. Lailah artinya malam, dan Ijtima’ artinya pertemuan. Sehingga Lailatul Ijtima’ dalam NU merupakan sebuah pertemuan malam yang diselenggarakan di setiap bulan.
Seiring perkembangan zaman, berbagai masalah dan perilaku kehidupan masyarakat mengalami pergesaran secara luas yang sering disebut sebagai makna kontemporer.
Hal tersebut memiliki nilai yang bisa mengarah ke perubahan positif atau bahkan negatif. Dengan munculnya berbagai permasalahan tersebut, warga NU memiliki kegiatan yang dilakukan tiap bulan secara berkala yaitu Lailatul Ijtima’.
Sehingga, kegiatan Lailatul Ijtima’ warga NU bisa dikatakan sebagai sarana koordinasi dan mencari solusi problem dalam organisasi di kalangan wargaNU.
Sebagai struktur dalam organisasi NU, Ranting NU Desa Cebolek Kidul juga secara aktif menyelenggarakan Lailatul Ijtima’.
Kegiatan tersebut diselenggarakan di Masjid Jami’ An-Nur Desa Cebolek Kidul, dengan Rois Syuriyah yaitu K. Ahmad Suyuthi.
Seperti pada bulan Juli 2019 baru-baru ini, Ranting NU Desa Cebolek Kidul mengadakan Lailatul Ijtima’ untuk yang kesekian kalinya. Tim Edu berkesempatan untuk berpartisipasi sebagai peserta dalam kegiatan tersebut.
Berlokasi di Masjid Jami’ An-Nur Desa Cebolek Kidul, Lailatul Ijtima’ Ranting NU Cebolek Kidul kali ini dihadiri oleh pembicara yaitu K.H. Muhammad Liwa’uddin. Beliau merupakan pengasuh Pondok Pesantren Mansajul Ulum.
Tema yang diangkat dalam Lailatul Ijtima’ kali ini yaitu Tradisi Sedekah Bumi Dalam Pandangan Islam. Dalam kesempatan tersebut, pembicara yang akrab disapa Kyai Liwa’ memberikan tausyiah secara mendalam tentang tradisi yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Jawa tersebut yaitu sedekah bumi, dalam hal ini dibahas dari sudut pandang agama Islam.
Mengutip dalam tausyiah yang diberikan Kyai Liwa’, ada beberapa makna yang terkandung dalam tradisi sedekah bumi dalam pandangan Islam, yaitu makna yang mendalam dari masyarakat yaitu sebagai niat rasa syukur dari rezeki berupa kelimpahan hasil alam yang diberikan Allah SWT.
Kyiai Liwa’ juga menjelaskan bahwa sedekah bumi sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Saat itu para Ulama memberikan makna tradisi sedekah bumi dilakukan sebagai upaya menumbuhkan rasa cinta tanah air Indonesia, dan sebagai wujud cara berjuang yang melahirkan jargon terkenal “Hubbul Wathan Minal Iman” yang arinya cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Dari pemaparan tersebut sedekah bumi memiliki nilai yang begitu dalam dari sisi sejarah di Indonesia.
Diakhir tausyiahnya, Kyai Liwa’ memberikan do’a khususnya untuk Desa Cebolek Kidul agar senantiasa sejahtera, selamat dari bala’, dan diberikan rezeki yang melimpah. Beliau juga mengajak kepada masyarakat Desa Cebolek Kidul untuk bersama-sama menata Desa Cebolek Kidul untuk kemajuan dan kesejahteraan yang lebih baik.
Tim redaksi: Edukratif News