Mahasiswa KKN UNISNU Adakan Pelatihan Dengan Tema Melestarikan Tradisi Perang Obor Melalui Motif Batik Perang Obor

kali dibaca


Event - Sebagai generasi muda kita juga wajib melestarikan budaya yang ada di negaranya sendiri, seperti hal nya batik. Di indonesia banyak beragam jenis batik yang menjadi aset dari negara Indonesia, mulai dari batik pesisir hingga pedalaman.


Hampir semua daerah di Indonesia mempunyai corak dan kekhasannya tersendiri. Tak mau kalah seperti di Solo, Yogyakarta, Madura dan kota–kota yang sudah terkenal akan batiknya.


Jepara juga mulai mengembangkan batik khas Jepara. Ternyata di berbagai daerah di Jepara sudah mulai mempublikasikan batik khas dari desa masing-masinng ke masyarakat luas Tak kalah dengan Tenun Torso, batik Jepara pun mulai berkembang dengan pesat.


Seperti yang baru-baru ini dilakukan oleh tim KKN UNISNU kelompok 20 dengan menggelar pelatihan membatik sekaligus launching pengembangan motif perang obor sebagai kontribusi para mahasiswa yang melakukan KKN di  desa Tegalsambi


Dengan berbasis kemitraan desa, tim KKN UNISNU ingin mengangkat potensi di desa Tegalsambi yang masih kurang dikenal masyarakat


Kegiatan launching ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa desa Tegalsambi juga memliki potensi batik yang khas dengan motif perag obornya yang jadi ikon dari desa Tegalsambi dengan memuat cerita dan tradisi yang ada di desa Tegalsambi yaitu asal usul nama Tegalsambi hingga asal-usul tradisi perang obor.


Di dalam motif batik perang obor yang dibuat oleh tim KKN UNISNU kelompok 20 menggandeng ahli batik dari Dosen UNISNU yaitu Bapak Drajad Wibowo, M.Sn. untuk menjadi tutor sekaligus pemikir dari motif perang obor yang dikerjakan oleh mahasiswa dari program studi Desain Kreatif Visual, Andika Yudha Pratama sebagai creator dari batik perang obor dan Bapak Ahmad Zainuddin sebagai penulis dari ide membuat motif perang obor sekaigus Dosen Pembimbing Lapangan timKKN UNISNU kelompok 20.


Sebelum membuat motif perang obor, tim dari KKN UNISNU kelompok 20 melakukan observasi dengan beberapa cara, yaitu melakukan wawancara dengan para sesepuh di desa Tegalsambi untuk mendengar secara langsung sejarah dari desa Tegalsambi dan tradisi perang obor guna mengumpulkan data dan informasi yang dapat dijadikan sebagai rujukan untuk membuat desain motif batik perang obor.


Selain wawancara tim KKN UNISNU kelompok 20 juga mendapat referensi dari film dokumenter dan buku Ensiklopedia yang dimiliki oleh pemerintah desa Tegalsambi.


Setelah melakukan observasi, kemudian kita melakukan survey lapangan dengan mendatangi tempat dari proses membatik yang kami jadikan sebagai mitra untuk membuat visualisasi dari motif batik perang obor.


Setelah melakukan survey lapangan kemudian membuat sketsa gambar dengan berdasar pada informasi yang didapat dari hasil observasi dan survey lapangan dan melakukan konsulltasi dengan praktisi batik yaitu Bapak Drajad Wibowo untuk menentukan elemen-elemen yang dipakai dalam batik.


Creator Andika mengatakan, bahwa elemen yang dipakai diambil dari beberapa simbol yang terdapat dalam cerita asal usul desa Tegalsambi dan asal usul perang obor dimana elemen tersebut terdiri dari daun pisang kering, daun kelapa kering, daun talas, kepala kerbau dan tentu saja obor.”


“Bahwa dari elemen-elemen tersebut kemudian dilakukan proses stilasi menjadi motif batik yang menggambarkan cerita desa Tegalsambi dan tradisi perang obor kedalam kain yang di batik, sehingga batik perang obor ini memiliki nilai historical yang tinggi”. Pungkasnya.


Berdasarkan dari cerita tersebut kami ingin mengangkat nilai historical dari tradisi perang obor yang hanya satu-satunya di Indonesia bahkan dunia, ke dalam batik agar semakin dikenal masyarakat lokal maupun internasional.


Harapannya, dengan penambahan motif batik dapat menambah semangat para pemuda serta masyarakat desa Tegalsambi dalam mengembangkan industri batik di desa Tegalsambi.


“Kami berharap bahwa dengan kegiatan ini dapat membantu desa Tegalsambi semakin maju dan berkembang pesat melalui batik perang obor yang siap menembus pasar nasional dan internasional.” Kata Andika.


Tim Redaksi: Edukratif News






Previous Post Next Post