Banyaknya Pohon Kelor di Desa Pundungsari Gunung Kidul Coba Dieksplorasi Kelompok 86 KKN UIN Walisongo Semarang menjadi Teh Celup

kali dibaca


Banyaknya pohon daun kelor yang ditanam warga Desa Pundungsari menarik minat Kelompok 86 KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang untuk diolah menjadi Teh. Setelah dilakukan beberapa percobaan  menghasilkan produk berupa teh celup daun kelor. Kelompok 86 pun mengadakan Sosialisasi Pengelolaan Tanaman Daun Kelor menjadi Serbuk Teh serta Manfaatnya bagi Kesehatan di Era Pandemi. 


Kegiatan sosialisasi diselenggarakan di Balai Kelurahan Pundungsari, Kecamatan Semin, Gunung Kidul pada Minggu, 7 November 2021. Turut hadir pada acara ini diantaranya Kepala Desa Pundungsari, Kepala Dukuh dari Dukuh Pelem, Semin Wetan, dan Karang Wetan. Selain itu ada juga perwakilan Karang Taruna dari ketiga Dukuh tersebut serta Ibu-ibu dari Kelompok Wanita Tani. Dalam hal ini Kelompok 86 KKN UIN Walisongo Semarang menjadi panitia kegiatan. 


“Dulu ada yang berhasil mengolah daun kelor menjadi teh bahkan sudah coba dipasarkan. Namun karena adanya pandemi sehingga sulit mendapat pembeli dan semangat warga pun menurun.” Menurut Riyas, salah satu anggota Karang Taruna dari Semin Wetan. 


Sosialisasi tersebut dipandu oleh Hesti Suci Cahyani, salah satu anggota KKN UIN Walisongo Semarang. Sedangkan pematerinya yaitu Fatimatul Zahroh juga anggota KKN UIN Walisongo Semarang. Dalam sosialisasi kali ini dijelaskan mengenai pengetahuan seputar daun kelor serta bagaimana proses pengolahan daun kelor dari awal hingga menjadi teh celup. 


Tumin, sebagai Kepala Kelurahan Pundungsari memberikan tanggapan,  “Sosialisasi daun kelor yang diubah menjadi serbuk teh dari KKN UIN Walisongo Semarang ini sangat bermanfaat. Harapannya warga Desa Pundungsari kembali bersemangat untuk menanam dan mengolahnya menjadi teh ataupun produk yang bermanfaat.” 



Beberapa pertanyaan sempat dilontarkan peserta sosialisasi, diantaranya dari Bella Karang Taruna Dukuh Pelem. Ia menanyakan adakah efek samping ketika mengkonsumsi teh daun kelor berlebihan. 


“Untuk orang dewasa sehari boleh mengonsumsi 1 cangkir sebanyak 2x, sedangkan untuk anak-anak 1x sehari 1/2  cangkir. Efek samping jika dikonsumsi berlebihan salah satunya yaitu memicu penyakit batu ginjal.” Terang Fatim sebagai pemateri. 


Setelah dijelaskan prosesnya, kemudian dilanjutkan praktek penyeduhan daun kelor. Beberapa audiens antusias mencoba teh daun kelor yang dipadukan juga dengan madu dan dengan gula batu. 


“Tehnya enak mbak, ngga jauh beda sama teh asli. Ini ada bau khas dari daun kelornya.” Ucap Hafid yang mencicipi seduhan teh daun kelor. Kegiatan sosialisasi pun diakhiri dengan sesi foto bersama. 


Tim redaksi: Edukratif News




Previous Post Next Post