Kelompok 86 KKN UIN Walisongo Semarang Mengulas Konsep Toleransi di Gunung Kidul Melalui Podcast Lintas Agama

kali dibaca

Edukratifnews/Event - Kelompok 86 KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang menyelenggarakan Dialog Lintas Agama mengangkat tema Pendidikan Toleransi untuk Membentuk Kerukunan Antar Umat Beragama. Pada dialog kali ini menghadirkan dua tokoh pemuka agama yaitu Fathul Muadib, S.Pd.I (Kepala Madrasah Ibtidaiyyah YAPPI Karang Wetan, Kabupaten Gunungkidul) serta Anugrah Kristian ( Pendeta Gereja Kristen Jawa / GKJ Pugeran). Acara ini dimoderatori oleh Wahyu Rizal Saputra anggota Kelompok 86 KKN UIN Walisongo Semarang.


Acara ini dilaksanakan pada Jum’at, 12 November 2021 bertempat di Karangsari, Semin, Kabupaten Gunung Kidul.  Acara ini dilaksanakan dengan tujuan menggali kembali konsep toleransi dari dua sudut pandang yang berbeda. Acara ini juga diunggah melalui channel YouTube Kknuinws77.86 sebagai usaha untuk menebarkan konten positif melalui media digital. Dalam video berdurasi 60 menit tersebut dikupas bagaimana konsep toleransi sekaligus dikaitkan dengan isu kejadian faktual.


Dalam dialog diawali dari pertanyaan mengenai pengertian toleransi dan batasan toleransi dari sudut pandang agama. Pak Fathul menuturkan bahwa konsep toleransi dalam Islam ada semenjak Nabi Muhammad SAW masih hidup, bahkan diterangkan juga dalam firman-Nya QS. Al-Hujurat ayat 13 bahwa manusia diciptakan berbeda-beda untuk saling mengenal.  Narasumber kedua, Pak Aan menjawab bahwa toleransi akan banyak mengembangkan kegiatan dalam masyarakat, termasuk pembangunan karakter, pola pikir, maupun berupa kegiatan fisik. 


Dilanjut pada bahasan isu “Humanity Above Religion” atau Kemanusiaan diatas  Keagamaan. Menurut Pak Aan bahwa justru kemanusiaan adalah bagian dari keagamaan, bahkan mengasihi sesama adalah salah satu perintah Tuhan. Sedangkan Pak Fathul mengatakan bahwa antara Hablum minallah dengan Hablum minannas sama-sama penting, tidak boleh berat sebelah. Sila Pertama Pancasila sudah mewakili seluruh agama yang ada di Indonesia. Tinggal bagaimana upaya kreatif dan inovatif warga masyarakat dalam menjaga kerukunan antar umat beragama tersebut. 


Mengenai perkembangan pendidikan toleransi di Gunungkidul, Pak Aan menuturkan, “Ada Forum Lintas Iman yang memang mewadahi pengembangan gagasan, tindakan konkrit, serta perjumpaan terkait orang-orang yang beragama dan berkeyakinan di Gunungkidul.” 


“Ada juga Sekolah Kebhinekaan yang digagas lembaga keagamaan Gunungkidul dengan menyasar generasi muda sebagai upaya menanamkan nilai toleransi secara nyata. Kegiatannya pun dilaksanakan di tempat ibadah secara bergiliran dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah.”



Menurut Awang, selaku koordinator kelompok 86, bahwa "acara seperti ini sebenarnya harus diperbanyak/ditingkatkan. agar kita semakin memilki rasa toleransi yang tinggi. apalagi kita hidup di zaman media digital dimana terdapat banyak hoaks dimana-mana. yang menyebabkan banyak terjadinya perpecahan, saling tuduh yang dapat merusak kesatuan dan persatuan indonesia. maka penting melihat dari berbagai sudut sehingga kita bisa menilai lebih bijak lagi"


Terakhir, dari dialog ini bisa disimpulkan bahwa pendidikan toleransi dengan beragam caranya bisa menjadi upaya mencegah adanya konflik antar umat beragama. 


Tim redaksi: Edukratif News



Previous Post Next Post