Cerpen: Anak-anak yang Bermain di Waktu Maghrib

kali dibaca

Cerpen - Kisah ini terjadi saat bulan ramadhan, beberapa tahun silam.  Waktu itu bulan ramadhan akan segera berakhir, dan yang paling penting adalah hari idulfitri atau hari lebaran akan segera di rayakan. Seperti hari lebaran tahun-tahun  sebelumnya,maka tradisi mudik pun tak boleh di lewatkan, kata orang lebaran hanya setahun sekali, harus lah kita mudik, bersilaturahmi dan bermaaf-maafan kepada orang tua, sanak-saudara,handai-taolan,para tetangga, orang sekampung senegara bahkan kalau perlu sedunia. 


Nah, begitu juga dengan diriku, seperti ayam hendak bertelur, blingsatan tidak karuan, sudah merajuk jauh-jauh hari pada mas suami, persis anak kecil yang ingin dituruti kemauannya, 


"Ayoo mudik, ayolah kita mudik, Maas!" Rengek ku, kalaulah ada anak kecil yang ngeliat, pasti diledekin atau paling tidak dilempar pakai sandal jepit. 


"Ntar, ngumpulin dulu duitnya buat ongkos mudik, Sila...." Sahut suamiku, kalem. Entah menghibur dirinya sendiri, entah dia sedang panik karena harus nyari ongkos mudik segitu banyaknya. 


Alhamdulillah, semesta sepertinya mendukung, ongkos mudik terkumpul sudah. Satu hari sebelum hari lebaran tiba, aku dan suami telah berangkat mudik, rencananya akan berlebaran dikampung halamanku. 


Perjalanan dari desa suami ke desa ku sangatlah jauh, butuh waktu berjam-jam untuk sampai pada tujuan. Makanya didalam bus  aku siapkan cemilan yang banyak. Selama perjalanan aku tak berhenti menatap cemilan-cemilan itu sampai air liur ku menetes-netes. kalaulah ini bukan bulan puasa, sudah ku santap dari tadi, sampai suamiku bilang, 


"Kayaknya,ada yang ngeces nih...." Candanya. 


"Ih, apa'an sih?" Aku memalingkan muka karena malu,demi melihat penumpang lain yang menengok ke arahku. 


Akhirnya setelah mengarungi perjalanan darat yang cukup melelahkan, sampailah juga aku dan suami ke desa yang dituju. 


Untuk sampai ke rumahku, kami harus melewati pasar dan ketika itu tibalah waktunya magrib, adzan maghrib pun berkumandang. 


Aku dan suami melewati kios-kios serta lapak-lapak tertutup dalam pasar, paling besok pagi di bukanya, ketika hari pasar dan transaksi jual beli di mulai. Saat aku mengedarkan pandangan, tanpa sengaja ekor mataku melihat satu kios yang tertutup, dan tenyata disana banyak anak kecil yang sedang bermain, berlarian mengitari kios tersebut. 


"Yaampun, itu anak-anak kecil, udah maghrib masih main aja, bukannya pulang..." Umpat ku. 


"Anak-anak kecil dimana, Sila?" Celetuk suamiku tiba-tiba. 


"Itu didepan, Mas. Dari sini juga keliatan," Ujarku, sambil menunjuk ke arah anak-anak kecil itu yang  sedang  bermain. 


"Mana, Sila?"


"Itu tuh, tuuh Mas...." Jelas ku, sembari agak memonyongkan bibir. Tapi suamiku seperti nggak engeh, malah terdiam tak bertanya lagi. 


Akhirnya kami melewati kios yang dijadikan tempat anak-anak kecil itu bermain, dan aku menegur salah seorang anak kecil itu, 


"Pulang dek! Udah maghrib, besok lagi mainnya...." Anak yang ditegur menoleh, namun dia tak menjawab, malah kembali berlari, gabung bersama teman-temannya yang lain mengitari kios tertutup. 


Yasudah, aku juga tak ingin ngotot mengingatkannya, sementara suamiku tak bersuara sama sekali. 


Akhirnya kami tiba di rumah kedua orang tuaku, setelah  ber kangen ria dan banjir airmata,kami dan kedua orang tua serta sanak-saudara lainnya,menikmati kebersamaan ini sambil menonton televisi. Kemudian aku bercerita tentang anak-anak kecil yang masih bermain di waktu maghrib tadi, tapi ibuku seperti terheran mendengar ceritaku,lebih terkejut lagi ketika suamiku ikut nimbrung dalam obrolan itu, bahwa dia sebenarnya tidak melihat ada anak-anak kecil yang aku tunjukkan. Kok bisa? Aku jadi takut,lalu anak-anak kecil itu sebangsa apa dong, hiii serem. 


Demi mengobati ke penasaran kami, ibuku pun bercerita bahwa  memanglah dulu nya lokasi yang  sekarang di jadikan pasar, adalah bekas kebun-kebun tak terurus yang penuh semak belukar dengan pohon-pohon menjulang tinggi. Mungkin penghuninya yang dulu masih menetap di kios dan lapak pasar. Jadi, tanpa sengaja aku melihat dan menanyai makhluk yang bukan dari bangsa manusia. 


Sumber: Ela Sumila


Edukratif News - Good News for Better Life


Pasang Iklan: Klik Disini

Previous Post Next Post