Pelatihan dan Praktik Perawatan Tanaman Kopi Oleh Dinas Pertanian dan Mahasiswa KKN UIN Walisongo di Desa Wates, Kec. Getasan, Kab. Semarang

kali dibaca

Oleh : Sulton Hidayat (Mahasiswa KKN MMK Kelompok 22 UIN Walisongo Semarang


EdukratifNews/Inspirasi - Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang mendorong penguatan dan pengembangan kelembagaan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) kopi Arabika dan Robusta di daerah Wates, Getasan, Kab. Semarang.


Pelatihan ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 1 Juni 2022 di beberapa lahan masyarakat, baik di lahan pertanian maupun lahan pekarangan rumah yang ada pohon kopinya.


Selain masyarakat yang bergelut di bidang pertanian dan perkebunan, 15 Mahasiswa KKN Mandiri Misi Khusus Kelompok 22 UIN Walisongo Semarang juga ikut berkontribusi dalam kegiatan ini dengan didampingi oleh bapak Eko Bayu Styarti dari Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang yang memiliki wilayah binaan di desa Wates, Jetak, dan Ngrawan. Selain itu, beberapa perangkat desa Wates juga mengikuti pelatihan ini. 


Menuruut bapak Syamsuddin selaku kepala dusun Deplongan, Wates “kegiatan praktik di lapangan seperti ini perlu dilakukan agar masyarakat mengetahui cara menanam dan merawat tanaman kopi dengan baik dan benar.Sehingga di kemudian hari dapat menghasilkan produk lokal yang berkualitas”.


Secara tidak langsung, tanaman kopi menjadi peluang ekonomi baru di masyarakat desa Wates. Karena jika ditinjau, mayoritas masyarakatnya memiliki tanaman sayur mayur (bukan kopi).


Sehingga tanaman kopi menjadi hal baru yang bisa didobrak untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dalam jangka panjang.


Kopi memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Kopi yang menjadi target utama dari pelatihan ini adalah Arabika karena memiliki rasa yang khas dan harga yang lumayan lebih mahal daripada Robusta.


Namun, penanaman dan perawatan kopi Robusta juga dilakukan. Faktor pemfokusan kopi Arabika adalah ketinggian desa Wates di atas 1000 MDPL yang cocok ditanami kopi Arabika. Sedangkan kopi Robusta biasanya di tanam pada daerah di bawah ketinggian 1000 MDPL. 


Kopi Arabika memiliki aroma yang lebih nikmat dari kopi lainnya dan memiliki rasa khas (kecut/asam disertai pahit). 


Diantara hal yang dilakukan dalam pelatihan ini adalah pengenalan cara membedakan antara kopi Arabika dan Robusta (Arabika biasanya berbentuk lonjong dan agak pipih, serta memiliki kulit yang mulus tidak bergaris.


Sedangkan Robusta bentuknya cenderung lebih bulat penuh dan kulit luarnya memiliki garis-garis), cara memotong cabang dari pohon kopi, cara membuang atau merawat daun dan pohon yang terkena penyakit, cara stek pohon kopi, dan lain sebagainya. 


Harapan dari kegiatan ini adalah dapat menyatukkan produk kopi di Kecamatan Getasan yang ditargetkan oleh Dinas Pertanian akan membuka lahan dan mengembangkan sekitar 15 hektar kopi Arabika di desa Wates.


Nantinya kopi yang dihasilkan akan didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM agar warga Getasan memiliki brand kopi sendiri yang tidak bisa diklaim oleh pihak lain.


Acara ini merupakan wujud dari pengembangan MPIG (Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis), sehingga dapat membuka ekspor ketika sudah berkembang nanti.


Sehingga aset dan potensi ekonomi yang berhubungan dengan pertanian atau perkebunan dapat berkembang lebih maju” Ujar bapak Bayu selaku Pembina dari dinas pertanian.


Edukratif News - Good News for Better Life


Pasang Iklan: Klik Disini

Previous Post Next Post